Menilik Proyek Raksasa Pertamina: Kapasitas 360 Ribu Barel dan Tangki Terbesar se-ASEAN

Daftar Isi

Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang dikelola oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan anak usahanya, PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB), kini telah memasuki tahap krusial penyelesaian. Dengan nilai investment yang fantastis mencapai US$ 7,4 miliar atau sekitar Rp 126 triliun, proyek ini dirancang untuk meningkatkan processing capacity kilang dari 260 ribu barel menjadi 360 ribu barel per hari. Kapasitas masif ini diproyeksikan mampu memasok sekitar 22% hingga 25% dari total kebutuhan bahan bakar nasional, menjadikannya elemen vital dalam menjaga energy security Indonesia.

Menilik Proyek Raksasa Pertamina: Kapasitas 360 Ribu Barel dan Tangki Terbesar se-ASEAN

Salah satu major milestone yang baru saja dicapai adalah pengoperasian awal unit utama Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Complex pada 10 November 2025. Unit RFCC ini memegang peranan kunci dalam meningkatkan kompleksitas kilang agar mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan standar setara Euro V. Pengoperasian unit ini tidak hanya meningkatkan efficiency produksi, tetapi juga memberikan value added yang signifikan bagi sumber daya alam domestik, memastikan bahwa output yang dihasilkan lebih ramah lingkungan dan bernilai ekonomis tinggi.

Dampak dari proyek ini juga sangat signifikan terhadap neraca perdagangan energi negara. Wakil Menteri Energy and Mineral Resources (ESDM), Yuliot Tanjung, menyoroti bahwa peningkatan capacity sebesar 100 ribu barel per hari ini diharapkan dapat menekan angka impor minyak sekitar 10% hingga 15%. Strategi utamanya adalah memaksimalkan pengolahan crude oil lokal di dalam negeri, sehingga impor hanya dilakukan sebagai opsi terakhir apabila terjadi supply shortage. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah untuk memperkuat kemandirian energi nasional.

Selain fokus pada bahan bakar, RDMP Balikpapan memiliki keunggulan teknologi untuk mengonversi low-value residue menjadi produk petrochemical bernilai tinggi seperti propylene dan ethylene. Produk-produk ini sangat esensial sebagai raw material bagi industri manufaktur lanjutan di dalam negeri yang selama ini masih bergantung pada barang impor. Dengan kemampuan ini, kilang Balikpapan juga berfungsi sebagai instrumen import substitutionyang strategis untuk mendukung pertumbuhan industri kimia nasional.

Untuk mendukung operasional skala raksasa ini, infrastruktur penunjang berupa Crude Oil Tanks baru di Lawe-Lawe juga telah diselesaikan. Tangki raksasa ini memiliki capacity masing-masing 1 juta barel, menjadikannya fasilitas penyimpanan minyak mentah terbesar di Asia Tenggara. Ketersediaan tangki ini sangat krusial untuk menjaga stabilitas supply chain dan menjamin kelancaran produksi gasoline, diesel, avtur, serta LPG.

Secara keseluruhan, project ini menempatkan Kilang Balikpapan sebagai Refinery terbesar di Indonesia, melampaui kapasitas Kilang Cilacap. Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, mengonfirmasi bahwa setelah tahapan running unit RFCC, fokus selanjutnya adalah penyelesaian unit Naphtha block untuk produksi bensin yang ditargetkan beroperasi penuh pada Juni 2026. Keberhasilan proyek ini dianggap sebagai ikon kontribusi Pertamina terhadap ketahanan bangsa, mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam setiap langkah eksekusinya.