Analisis Portofolio Q3 2025: Transformasi IBIT Menjadi Core Holding dengan Alokasi 21%

Daftar Isi

Harvard, salah satu universitas paling bergengsi di dunia, baru saja melakukan langkah mengejutkan dalam dunia finansial dengan meningkatkan kepemilikannya di iShares Bitcoin Trust (IBIT) secara signifikan. Berdasarkan dokumen SEC filing terbaru, dana abadi atau endowment universitas ini mencatatkan lonjakan kepemilikan sebesar 257% dibandingkan kuartal sebelumnya. Langkah ini dianggap sebagai salah satu manuver crypto paling berani tahun ini oleh institusi pendidikan elit, mengingat reputasi mereka yang biasanya sangat konservatif dan berhati-hati dalam mengelola aset.

Harvard

Data menunjukkan bahwa Harvard kini memegang sekitar 6,8 juta lembar saham IBIT dengan total value mencapai $442,8 juta per 30 September. Angka ini menempatkan IBIT sebagai posisi nomor satu dalam portfolio Harvard yang dilaporkan, menggeser dominasi saham perusahaan teknologi raksasa seperti Microsoft, Amazon, Alphabet, dan Nvidia. Dengan percent of portfolio mencapai 20,97%, IBIT kini telah menjadi core holding yang sangat dominan, jauh melampaui alokasi aset lainnya dalam laporan tersebut.

Tidak hanya bertaruh besar pada Bitcoin, Harvard tampaknya sedang menerapkan strategi defensif yang menyeluruh. Selain lonjakan di aset digital, universitas ini juga menggandakan kepemilikan mereka pada emas melalui SPDR Gold Shares ETF (GLD) dengan peningkatan 99%. Kombinasi antara Bitcoin dan emas ini mengindikasikan bahwa pengelola dana Harvard sedang bersiap menghadapi ketidakpastian ekonomi dan potensi pergeseran moneter global (monetary shifts), memposisikan diri mereka untuk melindungi nilai kekayaan jangka panjang.

Analis ETF, Eric Balchunas, menyebut langkah ini sebagai validasi terkuat yang bisa didapatkan oleh sebuah ETF. Fakta bahwa "uang pintar" atau smart money dari institusi sekelas Harvard berani melakukan high conviction bet pada Bitcoin mengirimkan sinyal kuat ke seluruh Wall Street. Ini bukan sekadar rebalancing biasa, melainkan akumulasi agresif yang menandakan kepercayaan tinggi. Meskipun posisi ini hanya mewakili sekitar 1% dari total endowmentHarvard secara keseluruhan (yang mencakup aset privat lain), alokasi ini cukup besar untuk menempatkan mereka dalam daftar 20 pemegang IBIT terbesar.

Analisis lebih dalam terhadap data transaksi menunjukkan bahwa Harvard melakukan pembelian dengan strategi yang sangat terukur. Dengan avg buy price di level 60,56 dan harga pasar yang terus bergerak naik, posisi ini sudah mulai mencatatkan unrealized gain. Menariknya, tidak ditemukan adanya instrumen derivatif seperti calls atau puts dalam laporan tersebut, yang berarti Harvard menerapkan strategi long-only murni. Mereka memilih direct exposure tanpa lindung nilai atau hedging yang rumit, sebuah tanda keyakinan mutlak terhadap aset tersebut.

harvard

Langkah Harvard ini berpotensi memicu efek domino di kalangan institusi pengelola dana abadi lainnya, fenomena yang sering disebut sebagai institutional herd behavior. Dalam dunia pengelolaan dana universitas, terdapat konsep "Yale Model" atau "Endowment Model" yang dipelopori David Swensen, yang berfokus pada diversifikasi ke aset alternatif yang tidak likuid (seperti private equity dan venture capital). Namun, keputusan Harvard untuk masuk secara masif ke IBIT—sebuah instrumen publik yang likuid—menandakan evolusi dari model tersebut. Ini menunjukkan bahwa institusi kini memandang Bitcoin bukan lagi sebagai aset spekulatif pinggiran, melainkan sebagai kelas aset institutional-grade yang likuid dan esensial.

Selain itu, waktu (timing) dari langkah ini sangat krusial. Harvard melakukan akumulasi masif ini di Kuartal 3 2025, periode di mana banyak investor ritel mungkin masih ragu. Hal ini menegaskan pola klasik pasar keuangan di mana institusi besar (whales) cenderung melakukan akumulasi senyap (silent accumulation) sebelum tren kenaikan harga besar terjadi. Jika universitas lain seperti Yale, Stanford, atau MIT mengikuti jejak ini dalam laporan 13F filing kuartal berikutnya, kita mungkin akan melihat kelangkaan pasokan (supply shock) yang signifikan pada Bitcoin di pasar terbuka, mengingat besarnya dana kelolaan yang dimiliki oleh gabungan universitas-universitas Ivy League tersebut.